Bambang Susantono, Roman hal IKN – Pembangunan IKN wajib mencermati keberlanjutan sosial, ekonomi, serta area.
Untuk bambang Susantono, Bunda Kota Nusantara tidak semata – mata pusat rezim, namun pula ikon visi Indonesia yang lebih hijau, modern, serta berkepanjangan. Dalam bagan membenarkan keberlanjutan pembangunan, alexa99 slot Bambang menekankan berartinya kedudukan dan warga lokal dalam tiap langkah pembangunan.
Semenjak Bambang Susantono ditunjuk selaku Kepala Otorita Bunda Kota Nusantara( IKN) pada 9 Maret 2022 sampai mengundurkan diri pada 3 Juni 2024, gairah pembangunan IKN lalu bertumbuh.
Puluhan rapat penting diselenggarakan, mengaitkan ratusan pihak serta ribuan pekerja yang bekerja sama. Dengan cara lama- lama, cikal akan bunda kota terkini ini mulai terkabul, ialah suatu kota modern yang terdapat di tengah hutan serta senantiasa mengutamakan kelestarian alam di tiap aspeknya.
2 tahun mengetuai pembangunan IKN menginspirasi Bambang buat menulis novel bertajuk Nusantara Ver 1. 0: The Untold Stories. Novel ini, yang dikeluarkan pada Rabu( 30 atau 4 atau 2025) di Bibliotek Nasional Jakarta Pusat, jadi memo berarti untuk cara dini pembangunan Bunda Kota Nusantara.
Ditulis bersama Ali Berawi serta Wicaksono Sarosa, dengan masukan dari Dhony Rahajoe serta Bujang Santos, novel ini membagikan perspektif mendalam hal langkah awal pembangunan IKN.
Bambang berkata, novel ini menawarkan pengetahuan langsung dari mereka yang ikut serta langsung dalam pemograman serta pembangunan IKN. Dari Bambang Susantono selaku Kepala Otorita IKN sampai partner yang lain yang memainkan kedudukan genting dalam mengonsep kota terkini ini.
” Novel ini kokoh dengan kenyataan serta informasi yang didapat langsung dari alun- alun,” tutur Bambang.
Novel ini pula menguak banyak perihal di balik layar pembangunan IKN, tercantum tantangan yang wajib dialami serta strategi yang diaplikasikan dalam menciptakan kota yang sedang dalam langkah dini ini.
Bambang menarangkan kalau cetak biru IKN membutuhkan durasi 15 sampai 20 tahun buat seluruhnya terealisasi. Tetapi, penguasa mematok pemindahan bunda kota administratif pada tahun 2028.
Dalam pemikirannya, IKN ialah sarana buat mentransformasi Indonesia ke depan. Lonjak ini tidak cuma semata- mata membuat kastel terkini serta gedung- gedung dengan konsep istimewa, namun pula menghasilkan gelombang terkini dalam kehidupan, bertugas, serta berlatih, dan mendesak alih bentuk Indonesia dengan cara global.
Bambang menekankan kalau pembangunan IKN tidak cuma wajib fokus pada pandangan raga, namun pula wajib mencermati keberlanjutan sosial, ekonomi, serta area supaya kota ini bisa bertumbuh dengan cara holistik serta berkepanjangan.
Mengaitkan warga lokal
Buat membenarkan keberlanjutan pembangunan, Bambang menekankan berartinya mengaitkan warga lokal dalam cara pembangunan IKN. Kesertaan aktif masyarakat dalam bermacam pandangan pembangunan butuh didorong, tercantum penyediaan daya kegiatan serta pelibatan dalam aktivitas sosial adat.
Dalam pembangunan IKN wajib dipikirkan pula warga yang telah lebih dahulu terdapat di situ supaya tidak cuma jadi pemirsa di tengah pembangunan bunda kota terkini di situ,” tutur Bambang.
Bambang juga memberikan momen- momen individu dalam novel ini, yang melukiskan keikutsertaan warga dekat dalam pembangunan IKN. Spesialnya, warga yang bermukim di Sepaku, yang ikut ikut serta aktif dalam menyongsong serta mensupport cetak biru besar ini.
Apalagi, pada Idul Fitri 2024, Bambang serta keluarganya memperingati Idulfitri bersama masyarakat Sepaku. Perihal ini membuktikan kalau pembangunan IKN tidak cuma buat kebutuhan penguasa ataupun zona khusus, namun pula buat keselamatan warga lokal.
Ada pula sampai April 2025, pembangunan IKN di Kalimantan Timur lalu berjalan walaupun belum seluruhnya berakhir. Sebagian prasarana penting, semacam area kastel negeri, jalur tol, serta sarana pendukung yang lain, lagi dalam langkah penanganan. Tetapi, pemindahan bunda kota administratif dari Jakarta ke IKN belum dilaksanakan seluruhnya.
Pada 30 November 2024, Kepala negara Prabowo Subianto memaraf Hukum No 151 Tahun 2024 yang dengan cara sah mencabut status Jakarta selaku bunda kota negeri. Tetapi, pemindahan bunda kota administratif ke IKN terkini hendak dicoba sehabis pembangunan prasarana penting berakhir serta sedia dipakai.
Sampai dikala ini, Jakarta sedang berperan selaku pusat rezim sedangkan. Penguasa mematok pemindahan bunda kota administratif ke IKN pada 17 Agustus 2028.
Kala Indonesia merambah sesi terkini asal usul pembangunan nasional lewat pemindahan bunda kota negeri ke Kalimantan Timur, satu julukan yang jadi pusat atensi merupakan Bambang Susantono. Selaku Kepala Otorita Bunda Kota Nusantara( IKN), Bambang memainkan kedudukan esensial dalam mengonsep serta memusatkan alih bentuk peradaban modern di jantung hutan tropis Borneo. Tetapi, di luar kenyataan teknokratis serta strategi pembangunan berkepanjangan, deskripsi mengenai IKN pula menginspirasi timbulnya fantasi hipotetis: novel- novel yang memikirkan era depan Bunda Kota Nusantara selaku ruang interaksi antara kemodernan serta kebajikan lokal.
Profil Pendek Bambang Susantono
Bambang Susantono lahir pada 4 November 1963. Beliau merupakan seseorang teknokrat dengan kerangka balik metode awam serta pemograman pemindahan. Titel insinyur diperolehnya dari Institut Teknologi Bandung( ITB), setelah itu beliau meneruskan riset ahli serta doktoral di University of California, Berkeley, dalam aspek pemograman kota serta area dan prasarana pemindahan. Kariernya melingkupi bermacam posisi berarti di rezim serta badan global, tercantum selaku Delegasi Menteri Perhubungan( 2010–2014) serta selaku Vice President for Knowledge Management and Sustainable Development di Asian Development Bank( ADB).
Penunjukan Bambang selaku Kepala Otorita IKN pada Maret 2022 men catat dimulainya masa terkini dalam asal usul Indonesia. Dengan pendekatan yang holistik, beliau mengonsep pembangunan IKN selaku kota hutan pintar( smart forest city) yang memajukan keseimbangan antara orang, teknologi, serta alam.
IKN: Cetak biru Peradaban
Bunda Kota Nusantara bukan semata- mata perpindahan pusat rezim dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Beliau merupakan ikon hasrat besar Indonesia buat membuat pusat peradaban baru—dengan prinsip inklusivitas, keberlanjutan, serta intelek digital. Bambang menggarisbawahi berartinya integrasi adat lokal, pelibatan warga adat, dan eksploitasi tenaga terbarukan selaku alas pembangunan waktu jauh.
Konsep kota ini melingkupi area inti pusat rezim seluas 6. 600 hektar, yang hendak bertumbuh jadi kota besar hijau dengan bermacam alam kawasan tinggal, ekonomi, pembelajaran, serta teknologi. Visi besar ini menghasilkan IKN bukan semata- mata relokasi, melainkan makmal hidup( living lab) untuk urbanisme era depan.
Dari Kenyataan ke Fantasi: Lahirnya Novel- Novel IKN
Kejadian pembangunan IKN membuka ruang terkini untuk para pengarang fantasi Indonesia. Kerangka IKN yang futuristik serta penuh gairah berikan gagasan buat menghasilkan bumi naratif yang banyak arti. Salah satu roman yang muncul merupakan” Jejak Langit di Hutan Nusantara”, suatu cerita hipotetis yang mencampurkan bagian politik, ilmu lingkungan, serta romansa dalam lanskap IKN tahun 2045.
Dalam roman itu, figur penting merupakan seseorang arsitek belia bernama Raditya yang balik dari Berlin buat berasosiasi dalam regu konsep area adat IKN. Beliau dipertemukan dengan Anjani, antropolog Dayak yang mengupayakan pelanggengan hutan adat. Bentrokan timbul kala pemodalan asing mengecam menggusur area keramat kaum lokal. Dari sinilah timbul dialektika antara pembangunan serta pelanggengan adat, antara informasi serta dongeng.
Bambang Susantono dalam roman itu timbul selaku wujud pembimbing bijaksana, tidak memakai julukan asli namun ditafsirkan selaku seseorang teknokrat bernyawa humanis yang senantiasa bawa denah bekuk serta novel syair dalam ranselnya. Walaupun delusif, wujud ini meminjam antusias jelas Bambang: teknokrasi yang disampul humanisme.
Angan- angan Urban serta Adat Lokal
Lewat fantasi, IKN bukan cuma diamati selaku megaproyek negeri, melainkan ruang angan- angan sosial. Novel- novel IKN berikan suara pada kelompok- kelompok yang sering bebas dari deskripsi resmi—masyarakat adat, kalangan belia, wanita, serta minoritas. Di bagian lain, fantasi pula jadi alat kritik serta refleksi, mempersoalkan siapa yang diuntungkan serta siapa yang dikorbankan dalam pembangunan bernilai raksasa ini.
Bambang sendiri sebagian kali mengantarkan kalau pembangunan IKN wajib mencermati deskripsi lokal. Dalam banyak pidatonya, beliau menekankan berartinya menjaga asal usul serta merangkul era depan dengan cara berbarengan.“ IKN bukan kota tanpa era kemudian,” ucap Bambang.“ Kita membuat era depan dengan pangkal yang kokoh pada adat Nusantara.”
Antara Impian serta Tantangan
Bersamaan berjalannya durasi, pembangunan IKN mengalami bermacam tantangan—dari pendanaan, prasarana bawah, sampai skeptisisme khalayak. Tetapi, bagus dalam kenyataan ataupun fantasi, IKN senantiasa jadi ikon impian. Dalam cerita Jejak Langit di Hutan Nusantara, akhir narasi menunjukkan kesuksesan integrasi antara ekosistem digital serta hutan adat. Jaringan internet berplatform satelit berpadu dengan sungai- sungai yang dibersihkan serta jadi rute pemindahan hijau.
Figur Bambang dalam roman itu melafalkan perkataan penutup yang kokoh:“ Kita tidak membuat kota di atas hutan; kita membuat hutan yang ketahui gimana jadi kota.”
Penutup
Bambang Susantono merupakan bentuk yang melewati kedudukannya selaku atasan badan negeri. Beliau merupakan ikon keterpaduan antara ilmu wawasan, keberlanjutan, serta angan- angan. Sedangkan IKN lalu dibentuk batu untuk batu, fantasi mengenai kota ini berkembang tutur untuk tutur, membordir impian serta kritik dalam deskripsi yang memperkaya uraian kita mengenai era depan Indonesia.
Dalam simbiosis antara kenyataan serta fantasi, antara Bambang serta Raditya, antara cetak biru serta dongeng, Bunda Kota Nusantara menciptakan jiwanya—bukan semata- mata kota di tengah hutan, tetapi peradaban yang menjaga alam, teknologi, serta orang dengan cara balance.