Senantiasa Intens Berhaji walaupun Bersandar di Bangku Roda – Jemaah haji lanjut usia serta berkebutuhan spesial tidak kehabisan antusias beribadah.
Endang tri nur Nurniningsih( 60) amat bergairah dikala menggambarkan pengalaman hati serta spiritualnya dikala awal kali memandang Kabah. gali77 Terlebih sehabis menangani tawaf serta sai dikala melaksanakan umrah harus.
Berlega hati sekali dapat melaksanakan susunan ibadah tanpa kesusahan berarti. Berlega hati dapat memandang Kabah. Di Madinah aku pula melapangkan arbain. Pergi penginapan telah laman langgar. Jadinya dapat tiap hari ke langgar,” tuturnya dikala ditemui, Senin( 19 atau 5 atau 2025).
Endang ialah satu dari 513 penyandang disabilitas yang jadi himpunan haji tahun ini. Ia berasosiasi dalam kloter 22 embarkasi Solo.
Musibah kemudian rute pada 2013 membuat Endang wajib melepaskan kaki kirinya diamputasi sampai batasan dengkul. Semenjak dikala itu ia memakai bangku cakra. Dikala kehabisan kakinya, ia sudah mencatat haji pada 2012 bersama Khuyadi( 67), suaminya.
Bila Endang berkursi cakra sebab kehabisan kaki, suaminya berlainan. Penyakit di bagian pinggang yang dialami buatnya pula wajib lebih banyak memakai bangku cakra.
Tidak dapat jalur jauh serta lama. Jika dekat, sedang dapat berjalan. Sebab itu dikala tawaf kemarin, kita berdua gunakan bangku cakra,” katanya
Pendamping suami istri ini membenarkan sarana buat penyandang disabilitas ataupun orang berkebutuhan spesial telah lumayan bagus. Aparat ajudan juga lumayan cekatan. Cuma sebagian kali dalam ekspedisi dari Madinah ke Mekkah serta mampir di tempat rehat( rest zona), mereka merasa kesusahan sebab tidak terdapat rute buat bangku cakra. Sebagian kamar kecil biasa pula tidak mempersiapkan sarana spesial buat difabel.
Tetapi tidak permasalahan. Selebihnya sedang bagus. Jasa, santapan, akses, kamar, telah lumayan cukup. Aku ingin ke Masjidil Tabu juga, bis ada tiap dikala. Sebab itu senantiasa berlega hati, senantiasa senang,” tuturnya.
Endang berlega hati, dalam situasi yang begitu, banyak badan himpunan yang membantunya. Tiap kali beliau pergi penginapan, terdapat saja badan himpunan yang menolong dirinya meski aparat ajudan pula terdapat.
Terlebih sarana bis Shalawat ramah lanjut usia serta disabilitas sudah bekerja. Bis nyaris tidak sempat berhenti tiba serta berangkat dengan pemberhentian pas di depan penginapan.
Ibadah fisik
Ibadah haji tidak dapat dimungkiri ialah ibadah raga. Dikala ritual tawaf serta sai, misalnya, mewajibkan himpunan berjalan serta berlari- lari kecil. Dalam aplikasi kesehatan, Kompas berupaya membagi tahap dikala tawaf serta sai serta jumlahnya di atas 10. 000 tahap. Dikala melontar jumrah, himpunan pula wajib berjalan kaki mengarah zona pelemparan.
Tetapi, untuk Endang serta suaminya, realitas itu tidak membuat antusias mereka mundur. Berkelana Kabah di lantai 2 dengan bangku cakra tidak kurangi kekhusyukan melisankan doa, berkah, serta impian.
.
Lain lagi Makku( 65), badan himpunan asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Walaupun tidak berkursi cakra, situasi badan yang gampang letih serta renta membuat ia wajib lebih banyak menghabiskan durasi buat mengitari Kabah atau melaksanakan sai.
Tidak apa lelet, tetapi aku berlega hati dapat tawaf serta sai sendiri. Sepanjang di Mekkah, telah sebagian kali pula aku tiba ke Masjidil Tabu buat shalat. Kadangkala shalat Isya di situ serta aku lanjut shalat malam hingga shalat Dinihari. Pulangnya rehat serta siang shalat di penginapan,” tuturnya.
Memanglah agaknya tidak cocok, tetapi tidak seluruh badan himpunan lanjut usia ataupun disabilitas wajib didampingi aparat.
Kehadiran layanan bis Shalawat membuat Makku berupaya mandiri. Dikala hendak ke Masjidil Tabu, lumayan berdua ataupun bertiga, mereka berani jalur tanpa wajib didampingi aparat tiap dikala.
Toh di seantero Masjidil Tabu, terdapat pos- pos aparat yang dilindungi sekurang- kurangnya 6 orang di tiap pos. Apalagi, aparat yang tidak bekerja di Masjidil Tabu juga sering menolong himpunan yang tersasar ataupun bimbang mencari halte.
Perihal ini, misalnya, dicoba regu Alat Center Haji dalam sebagian kali berita di area Masjidil Tabu. Tidak tidak sering regu apalagi mengantar badan kaum lanjut usia sampai ke penginapan dikala bimbang mencari bis buat kembali.
Sarana dari pemerintah
Kepala Aspek Layanan Lanjut usia, Disabilitas, serta Penindakan Darurat serta Bantuan Awal pada Himpunan Haji( PKP2JH) PPIH Arab Saudi Suviyanto mengatakan, himpunan haji Indonesia memanglah lumayan banyak yang berumur lanjut. Salah satu pemicu merupakan catatan menunggu yang lumayan jauh.
Beberapa badan himpunan yang ditemui Kompas di hotel- hotel penampungan biasanya pergi sehabis era menunggu sampai belasan tahun. Makku, misalnya, wajib menunggu 15 tahun buat pergi. Sedangkan Endang serta suaminya menunggu 13 tahun. Tidak tidak sering himpunan berumur lanjut wajib dirawat di klinik kesehatan di hotel- hotel sampai rumah sakit setiba di Mekkah dampak keletihan dalam ekspedisi.
Informasi Aspek Lanjut usia serta Disabilitas PPIH Arab Saudi membuktikan terdapat 513 badan himpunan disabilitas yang terdiri dari 245 pria serta 268 wanita.
Sedangkan buat himpunan lanjut usia jenis umur 65- 70 tahun jumlahnya 26. 408 orang, jenis umur 71- 79 tahun berjumlah 14. 599 orang, serta umur 80- 89 tahun sebesar 5. 958 orang. Ada pula umur 90- 99 tahun ada 411 badan himpunan serta di atas 100 tahun terdapat 8 badan himpunan. Keseluruhan totalitas himpunan lanjut usia merupakan 47. 384 orang.
Ada pula aparat ajudan lanjut usia serta disabilitas jumlahnya 183 orang. Mereka dibagi dalam 3 wilayah kegiatan( daker). Buat Daker Mekkah jumlahnya 112 orang, Daker Madinah 49 orang, serta Daker Jeddah 14 aparat, dan di Kantor PPIH atau Kantor Hal Haji Mekkah ditempatkan 8 aparat.
Dengan memandang jumlah lanjut usia atau himpunan berkebutuhan spesial serta analogi dengan aparat, perbandingan aparat serta himpunan merupakan 1: 259.” Memanglah agaknya tidak cocok, tetapi tidak seluruh himpunan lanjut usia ataupun disabilitas wajib didampingi aparat. Banyak yang pula memiliki ajudan keluarga ataupun ajudan kloter,” tutur Suviyanto.
Tidak hanya mempersiapkan aparat, pihak PPIH Arab Saudi pula mempersiapkan bangku cakra walaupun beberapa himpunan bawa sendiri dari Tanah Air. Di tiap zona diadakan minimun 20 bangku cakra buat himpunan berkebutuhan spesial. Pihak syarikah pula sediakan 5 bangku cakra di tiap penginapan. Dengan begitu, himpunan lanjut usia yang memerlukan bangku cakra cuma butuh melapor serta didata di kloter ataupun zona.
” Sehabis terdata, layanan diserahkan dengan pengawasan kartu kontrol aparat. Esoknya aparat hendak mendampingi dari titik dini sampai berakhir tawaf serta sai. Bayaran layanan sah bangku cakra sebesar 250 riyal dijamin oleh PPIH Saudi. Layanan ini free untuk himpunan, tidak butuh beri uang individu,” tutur Suviyanto.
Tetapi, layanan ini cuma legal buat penerapan umrah harus. Bila terdapat permohonan layanan bonus, hendak jadi tanggung jawab individu himpunan. Ibadah haji ramah lanjut usia serta disabilitas memanglah jadi salah satu visi penerapan ibadah haji tahun ini.
Pihak Departemen Agama apalagi mengundang Dante Rigmalia, Pimpinan Komnas Disabilitas, buat memandang langsung layanan haji untuk himpunan berkebutuhan spesial. Dante mengatakan, berarti buat membuat perspektif terpaut penyandang disabilitas, paling utama buat pelampiasan hak beribadah.
Tahun ini aku turut jadi aparat haji serta aku akseptabel kasih buat itu. Kedatangan kita pasti bukan semata- mata jadi aparat, melainkan pula buat memandang langsung gimana jasa haji untuk penyandang disabilitas. Hasilnya hendak jadi masukan serta materi dialog terpaut jasa haji untuk penyandang disabilitas pada tahun- tahun selanjutnya,” tuturnya.
Berhaji merupakan angan- angan tiap Mukmin. Walaupun banyak tantangan yang menghadang, antusias menunaikan damai Islam kelima ini tidak sempat mati, apalagi untuk mereka yang wajib melaksanakannya dengan keterbatasan raga. Salah satunya merupakan Aisyah, seseorang himpunan haji asal Indonesia berumur 72 tahun, yang senantiasa melaksanakan semua susunan ibadah haji dengan penuh kekhusyukan walaupun cuma dapat beranjak memakai bangku cakra.
Aisyah, yang berawal dari Yogyakarta, sudah menyimpan uang sepanjang lebih dari 15 tahun untuk dapat berhaji.“ Aku mau sekali memandang Ka’ ampuh dengan mata kepala sendiri, serta aku tidak mau melupakan peluang ini walaupun kaki aku telah tidak kokoh berdiri lama,” ucapnya sembari mesem iba.
Antusias yang Tidak Sempat Luntur
Keterbatasan raga yang dirasakannya dampak komplikasi diabet serta pengapuran tulang tidak menyurutkan hasrat Aisyah buat melaksanakan ibadah haji. Dengan dorongan seseorang ajudan serta bangku cakra buku petunjuk, Aisyah sanggup menjajaki semua susunan manasik, dari thawaf sampai wukuf di Arafah.
“ Awal mulanya aku takut tidak kokoh, tetapi nyatanya Allah kasih daya. Sepanjang niatnya lurus, insya Allah dimudahkan,” tuturnya. Beliau mengatakan gimana beliau menyiapkan diri jauh- jauh hari, tercantum dengan menjajaki penataran pembibitan raga serta manasik spesial himpunan difabel yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.
Jasa buat Himpunan Lanjut usia serta Difabel
Tahun ini, Penguasa Indonesia lewat Departemen Agama serta Aparat Eksekutor Ibadah Haji( PPIH) menguatkan layanan untuk himpunan lanjut usia serta difabel. Mengangkat tagline” Haji Ramah Lanjut usia”, bermacam sarana disiapkan mulai dari bangku cakra, daya ajudan, sampai layanan kesehatan 24 jam di masing- masing zona.
Fokus penting kita merupakan membenarkan himpunan bisa melaksanakan ibadahnya dengan nyaman, aman, serta senantiasa legal dengan cara syariat,” ucap Dokter. Ahmad Maulana, salah satu regu kedokteran di Daker Mekah. Baginya, tiap himpunan lanjut usia menemukan kontrol spesial, tercantum kir titik berat darah teratur serta pendampingan sepanjang ekspedisi dampingi posisi ibadah.
Layanan ini juga menemukan sambutan bagus dari para himpunan.“ Aku merasa amat tertolong. Petugasnya adem serta cekatan. Aku jadi merasa tidak seorang diri,” ucap Pak Amir, 68 tahun, himpunan asal Makassar yang pula memakai bangku cakra dampak stroke enteng.
Thawaf dengan Batin yang Khusyuk
Salah satu momen sangat mengharukan merupakan kala Aisyah melaksanakan thawaf, mengitari Kabah sebesar 7 kali. Walaupun dicoba di atas bangku cakra yang didorong oleh ajudan, beliau senantiasa melimpahkan air mata.
“ Aku merasa kecil sekali di hadapan Allah. Walaupun aku bersandar, batin aku senantiasa berdiri penuh segan. Aku cuma dapat meratap selama thawaf,” tuturnya dengan suara bergerak.
Thawaf memakai bangku cakra dicoba di lantai atas Masjidil Tabu buat menjauhi kepadatan di zona dasar. Walaupun jarak tempuhnya lebih jauh serta memerlukan durasi lebih lama, Aisyah mengatakan kalau pengalaman itu jadi momen kebatinan yang amat mendalam.
“ Tidak berarti aku thawaf di lantai atas ataupun dasar. Yang berarti batin aku lalu mengarah Allah,” tambahnya.
Tantangan Cuaca serta Fisik
Ibadah haji tahun ini diselenggarakan dalam temperatur yang menggapai 45 bagian Celsius. Situasi ini pasti amat menghabiskan daya, paling utama untuk himpunan lanjut usia serta difabel. Aisyah berterus terang luang hadapi keletihan serta kehilangan cairan tubuh enteng dikala mengarah Muzdalifah, tetapi lekas menemukan penindakan dari regu kesehatan.
“ Alhamdulillah aku langsung dibantu. Dikasih air serta didinginkan dengan kipas awan air,” tuturnya. Berkah kesiapsiagaan aparat serta sarana yang mencukupi, beliau juga bisa meneruskan susunan ibadah selanjutnya tanpa hambatan berarti.