Saya Frugal hingga Saya Ada – Bagi orang lazim, hidup frugal merupakan keinginan. Untuk orang terletak, hidup frugal merupakan opsi leluasa.
Berkali- kali, jika bisa dikatakan, empasan darurat garis besar dalam satu dasawarsa terakhir: perang, bentrokan, endemi, pergantian hawa, musibah alam, darurat tenaga garis besar. Seluruhnya berefek mendalam pada bermacam bidang kehidupan masyarakat di banyak negeri gali77.
Gelombang PHK, sempitnya kesempatan kegiatan, lonjakan harga keinginan utama serta tenaga memukul keras kehidupan, memunculkan ketidaknyamanan untuk masyarakat terletak, kejadian untuk masyarakat lazim, serta gundukan berpenyakitan untuk masyarakat miskin. Merosotnya pemasukan yang pantas untuk pekerja menengah ke dasar sudah mengecam energi kuat kehidupan keluarga serta keselamatan anak.
Berbagai macam darurat itu memunculkan asumsi beraneka ragam pada tingkatan penguasa, badan, komunitas, serta orang. Banyak negeri di bumi sudah menggulirkan anggaran untuk meredam inflasi serta mencegah golongan sangat rentan supaya tidak jatuh dalam lembah kekurangan serta hidup selaku gelandangan tanpa impian.
Kebijaksanaan pengetatan perhitungan oleh Kepala negara Prabowo jadi ilustrasi metode penguasa mendalami darurat finansial, yang ditanggapi dengan cara berlainan oleh beberapa golongan. Kita berambisi kebijaksanaan kemampuan perhitungan selaku bagian dari usaha penguasa buat memotong ekonomi bayaran besar dari ekstravaganza adat birokrasi. Memakai pernyataan yang lagi digandrungi dalam sebagian tahun terakhir, Penguasa Indonesia mulai membidik ke rezim” frugal”: mengonsep perhitungan terbatas pas target.
Bila penguasa saja telah membuat adat frugal, gimana dengan orang? Sekalipun bermacam bantalan ataupun jaring pengaman sosial, semacam bansos, makan free, bagian bayaran listrik, serta berbagai macam kebijaksanaan simpati kasih, ataupun apa juga namanya, telah terbuat, pada kesimpulannya yang amat dibutuhkan masyarakat merupakan pulihnya pemasukan mereka.
Dari memperlihatkan duit, mereka mulai mendanakan pada” keglamoran yang tidak terjangkau”( kesahajaan), bersumber pada kenyamanan serta mutu hidup. Dari memperingati keglamoran, mereka memberikan kedermawanan
Untuk warga menengah ke dasar, bermacam usaha dicoba buat bertahan hidup di tengah keterbatasan, tercantum zona informal ataupun kegiatan serabutan, buat pergi dari” darurat kantung”. Walaupun senantiasa terdapat saja yang ingin berlagak di tengah hidup merana; kantung bisa kosong, performa senantiasa kinclong. Tetapi, terdapat pula yang memilah style hidup frugal.
Akhir- akhir ini, style hidup frugal meluas ke beberapa kategori menengah terletak, beberapa sebab pelarian buat pengiritan, beberapa sebab penjelajahan buat kebahagiaan individu. Kala mengenali idola The Matrix, Keanu Reeves, sedang kerap berjalan dengan motor serta moda pemindahan khalayak, serta dengan aman melepaskan kemasyhuran serta berhimpitan dengan masyarakat; serta kala memandang gitaris, biduan, serta penggerak politik progresivisme Bruce Springsteen senang menggunakan sepatu bot lusuh, celana jins pudar, serta jaket kulit lusuh, alat Barat menyebutnya keglamoran sudah berserah pada bentuk yang saklek, terang- terangan, serta tidak kelewatan. Dari memperlihatkan duit, mereka mulai mendanakan pada” keglamoran yang tidak terjangkau”( kesahajaan), bersumber pada kenyamanan serta mutu hidup. Dari memperingati keglamoran, mereka memberikan kebaikan hati.
Dari alat sosial, kita pula mulai memandang sebagian pesohor serta administratur di Indonesia yang telah lazim menempuh hidup apa adanya serta memakai bentuk pemindahan khalayak. Kelihatannya, angkatan dengan angka” pasca- materialis”—menggunakan sebutan yang dipopulerkan oleh akademikus politik Ronald Inglehart dalam bukunya, The Silent Revolution—sedang timbul di Tanah Air.
Cogan” saya frugal hingga saya terdapat!” bertambah merambah jeluk angkatan yang memandang aspek” mutu hidup” yang melingkupi kemauan buat lebih banyak ketenangan, kenyamanan, rasa komunitas yang lebih kokoh, keakraban dengan alam, lagi mencari ruang buat memperoleh lebih banyak suara dalam rezim, serta lebih banyak pendukung dalam aksi sosial serta komunitas.
Bermacam alibi orang menempuh style hidup frugal, semacam buat pergi dari jaring pinjaman ataupun terbebas dari pinjaman, hidup cocok keahlian, dana buat pembelajaran ataupun angsuran rumah, biaya liburan yang mengasyikkan, ataupun kala hadapi darurat finansial( semacam PHK) tanpa kehabisan duit. Beberapa menempuh style hidup frugal sebab dituntut kondisi, beberapa buat kebahagiaan selaku opsi yang diketahui, alhasil tidak lagi membahayakan evaluasi orang lain mengenai style hidupnya. Untuk warga beramai- ramai semacam Indonesia, kala simbol- simbol pengakuan keberhasilan kerap diperlihatkan dalam kepemilikan benda, hidup frugal lebih menantang.
Buah pikiran mengenai” Kamu cuma memerlukan sedikit” bukan perihal terkini. Beliau telah dicontohkan oleh para rasul, orang bersih, ataupun para asketik. Namun, di tengah berbagai macam darurat, beliau dimaknai serta dihayati dengan cara terkini. Untuk orang lazim, hidup frugal merupakan keinginan. Untuk orang terletak, hidup frugal merupakan opsi leluasa. Opsi kerap tergantung pada pemahaman serta asumsi atas pergantian area yang dihayati.
Hidup frugal bukan hidup mengidap, semacam perihalnya hidup melambat tidaklah hidup tanpa daya cipta, melainkan hidup berdaya guna serta bijak, ataupun dalam arti sangat sempurna; hidup dalam bebas serta kepenuhan diri. Saat ini, apalagi para hedonis serta materialis di negeri bertumbuh mulai terdesak mensupport tindakan kesahajaan ikhlas kala demosi area di dekat mereka dengan cara langsung berakibat pada kesehatan, kekayaan, serta keselamatan mereka.
Bagian hitam overkonsumsi serta materialisme yang melewati batasan mulai menemukan bagian jelas dari penganjur style hidup lelet serta frugal. Mereka memuat antara impian untuk aksi pemahaman area serta aksi style hidup simpel yang malah dengan cara sinis kerap dicap selaku para utopis yang tidak berakal mengalami bentuk warga kapitalisme- neoliberalisme.
Lonjakan atensi pada style hidup frugal serta lelet yang berjalan dengan cara garis besar dalam 2 dasawarsa terakhir melukiskan bentrokan jelas antara perkembangan mengkonsumsi material yang tidak terbatas serta tidak teratasi serta terkurasnya pangkal energi area, sedangkan orang menanggapinya dengan cara beraneka ragam di tengah keberlimpahan ataupun keterbatasannya.
Idi Subandy Ibrahim, Periset Adat, Alat, serta Komunikasi; Guru di Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Pasundan, Bandung; serta Guru Luar Lazim di Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial serta Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang
Di tengah bercelak style hidup modern serta derasnya arus mengkonsumsi yang didorong alat sosial, timbul satu filosofi terkini yang bisik- bisik jadi penerangan bukti diri beberapa angkatan belia: frugal living. Mereka yang menganut style hidup ini tidaklah semata- mata orang yang irit, melainkan orang yang dengan cara siuman memilah pengeluaran bersumber pada angka, bukan semata- mata kemauan. Dalam deskripsi terkini ini, timbul satu pernyataan yang jadi sejenis deklarasi:” Saya Frugal Hingga Saya Terdapat.”
Frugal: Style Hidup ataupun Ciri Perlawanan?
Frugal ataupun irit dalam kondisi dikala ini bukan lagi semata- mata menyimpan uang ataupun menghalangi berbelanja, melainkan suatu wujud pemahaman keuangan serta eksistensial. Ini merupakan style hidup yang dengan cara siuman menjauhi pengeluaran tidak berarti serta lebih menekankan pada arti, kemampuan, dan keberlanjutan.
Bagi survey dari Jakarta Urban Studies Institute( 2024), 6 dari 10 angkatan milenial serta Gen Z di kota- kota besar Indonesia melaporkan mulai mempraktikkan prinsip frugal dalam kehidupan mereka. Menariknya, beberapa besar dari mereka bukan sebab keterpaksaan ekonomi, melainkan opsi siuman buat hidup lebih minimalis serta terfokus pada tujuan waktu jauh.
“ Saya frugal sebab saya mau hidup dengan hening,” tutur Nabila( 28), seseorang pendesain grafis freelance asal Bandung.“ Bukan berarti saya pelit, tetapi saya siuman kalau saya tidak butuh banyak perihal buat merasa lumayan.”
Kejadian ini bertumbuh berarak dengan melonjaknya pemahaman hendak kesehatan psikologis, titik berat ekonomi garis besar, serta darurat area. Dalam bumi yang lalu menuntut mengkonsumsi tanpa henti, jadi frugal dapat diamati selaku wujud perlawanan halus—suatu metode buat mengklaim balik pengawasan atas hidup sendiri.
Jadi Frugal di Masa Digital
Ironisnya, frugal living saat ini pula menemukan pentas besar di alat sosial—platform yang sepanjang ini malah jadi penganjur penting adat konsumtif. Di TikTok serta Instagram, tagar semacam#FrugalLiving,#MinimalistLife, serta#MoneyManagement saat ini berpucuk dengan#Haul serta#LuxuryLifestyle.
Rizky Fadhil, seseorang konten creator yang fokus pada literasi finansial, mengatakan frugal bukan semata- mata irit, tetapi pula strategi buat menggapai independensi keuangan.“ Saya tidak anti berbelanja, tetapi saya cuma membeli suatu yang betul- betul saya butuhkan. Saya senantiasa ngopi, tetapi saya buat sendiri di rumah,” ucapnya sembari membuktikan botol kopi cold brew buatannya.
Konten sejenis ini menabur dengan kilat. Banyak konsumen yang setelah itu merasa terwakili. Mereka yang sepanjang ini merasa terpinggirkan dari gaya konsumtif saat ini menciptakan komunitas serta deskripsi yang relevan.
“ Saya Terdapat” Melalui Opsi Hidup
Pernyataan“ Saya Frugal Hingga Saya Terdapat” ialah menyesuaikan diri filosofis dari pernyataan René Descartes“ Cogito Ergo Sum”( Saya berasumsi hingga saya terdapat). Dalam kondisi frugal living, keberadaan seorang ditegaskan bukan lewat kepemilikan modul, melainkan dari pemahaman dalam membuat opsi.
Dalam bumi di mana status sosial kerap diukur dari benda yang dikenakan ataupun tempat makan yang didatangi, frugal living menawarkan standar terkini. Orang frugal tidak lagi merasa butuh meyakinkan diri melalui performa, namun lewat independensi, ketertiban, serta visi hidup yang terencana.
“ Dahulu saya kerap merasa kecil diri sebab sahabat kerap pembaharuan beberapa barang branded,” narasi Sarah, seseorang guru SD di Yogyakarta.“ Tetapi saat ini saya lebih yakin diri sebab saya ketahui uangku dipakai buat era depan, bukan buat impresi sedetik.”
Frugal Bukan Semata- mata Pertanyaan Uang
Walaupun bersumber pada pengurusan finansial, frugal living melingkupi pandangan yang jauh lebih besar. Ini tercantum pengurusan durasi, tenaga, sampai kedekatan sosial. Banyak pengikut frugal life yang pula mulai kurangi ketertarikan dengan kegiatan yang tidak berikan angka imbuh, tercantum ikatan sosial yang toksik.
Dalam novel The Art of Frugal Living buatan Linda Martinez, dituturkan kalau hidup frugal merupakan hidup yang dilandasi hasrat serta pemahaman.“ It’ s not about denying pleasure, but about redefining what gives you real joy,” tulisnya.
Dengan pendekatan ini, frugal living bukan cuma mengenai kurangi, namun pula mengenai memperkaya. Memperkaya pengalaman, menguatkan kedekatan, serta memperjelas tujuan hidup.
Tantangan serta Kritik
Pasti saja, style hidup ini bukan tanpa tantangan. Banyak yang menyangka frugal sama dengan kikir, antisosial, ataupun apalagi pengabaian kepada pengalaman hidup. Terdapat pula yang menyebutnya selaku style hidup“ privilege,” sebab tidak seluruh orang memiliki opsi buat‘ memilah hidup irit’—sebab mereka memanglah telah hidup dalam keterbatasan.
Menjawab kritik ini, Dito, seseorang konsultan finansial, menarangkan berartinya melainkan antara frugal dengan survival.“ Frugal merupakan opsi siuman, bukan keterpaksaan. Jika seorang hidup irit sebab tidak memiliki duit, itu bukan frugal—itu bertahan hidup.”
Mengarah Warga yang Lebih Sadar
Di tengah ketidakpastian ekonomi garis besar, bahaya resesi, serta menaiknya bayaran hidup, frugal living dapat jadi salah satu balasan. Bukan cuma pemecahan orang, tetapi pula aksi beramai- ramai mengarah warga yang lebih siuman serta berkepanjangan.
Kerutinan ini dapat diawali dari tahap kecil: bawa botol minum sendiri, kurangi jajanan impulsif, menulis pengeluaran, ataupun menunda pembelian benda sampai betul- betul diperlukan. Lama- lama tetapi tentu, pilihan- pilihan ini membuat style hidup serta bukti diri.