Generasi Muda di Era Society 5.0: Kenapa Penguasaan Teknologi Jadi Kunci Sukses Menurut Adies Kadir

Generasi Muda di Era Society 5.0 Kenapa Penguasaan Teknologi Jadi Kunci Sukses Menurut Adies Kadir

Era Baru, Tantangan Baru: Menyambut Society 5.0

Pernah dengar istilah Society 5.0? Mungkin buat sebagian dari kita, istilah ini kedengarannya seperti jargon konferensi, tapi sebenarnya ini soal masa depan yang lagi kita hadapi sekarang. Society 5.0 adalah era ketika teknologi dan kehidupan manusia benar-benar menyatu. Di sinilah muncul urgensi—bahwa generasi muda memang harus ambil peran aktif dan cerdas menguasai teknologi, bukan cuma jadi penonton. Adies Kadir, salah satu tokoh politik dan pimpinan di DPR RI, bahkan menyoroti pentingnya penguasaan teknologi oleh generasi muda agar Indonesia nggak ketinggalan kereta digital.

Teknologi: Bukan Sekadar Alat, Tapi Modal Masa Depan

Jujur saja, hidup tanpa teknologi sekarang rasanya utopis. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, gadget dan aplikasi digital selalu punya peran dalam aktivitas kita. Tapi, Adies Kadir nggak sekadar bicara soal penggunaan teknologi ala kadarnya. Menurut beliau, generasi muda harus menguasai—alias paham, produktif, bahkan inovatif—dalam memanfaatkan teknologi untuk menciptakan solusi nyata di kehidupan sosial dan ekonomi. Dari sekadar konsumsi, beralih ke penciptaan.

Lihat aja bagaimana anak muda Indonesia berhasil menyulap Passion mereka jadi startup sukses di bidang fintech, edutech, sampe agritech. Contohnya, Gojek—hasil karya anak bangsa yang akhirnya diakui kelas dunia. Artinya, kalau dikasih ruang dan peluang, anak muda Indonesia jelas punya potensi besar buat tampil di panggung global .

Studi Kasus: Kesuksesan Teknologi Lokal dari Pemuda

Kita ambil studi kasus nyata. Tokopedia, salah satu unicorn digital Indonesia, didirikan oleh William Tanuwijaya—anak muda yang berasal dari keluarga sederhana di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Nggak gampang perjalanan dia. William belajar coding otodidak, kerja keras ekstra, sampai akhirnya bisa menciptakan platform marketplace yang sekarang digunakan jutaan orang di Indonesia. Segala proses dan perjalanan sulit William ini mencerminkan esensi penguasaan teknologi yang diidamkan Adies Kadir—nggak sekadar pakai, tapi juga menciptakan dan memberdayakan .

Mengapa Generasi Muda Harus Melek Teknologi?

Data dari World Economic Forum (2024) menyebutkan, 85% lapangan kerja masa depan butuh skill digital dan teknologi. Kalau anak muda Indonesia masih santai aja dan nggak siap dengan kecepatan perubahan ini, siapa tahu, Indonesia bisa kehilangan peluang besar di era globalisasi digital .

Adies Kadir mengutip survey dari McKinsey yang menyebutkan kalau produktivitas digital di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sudah meningkat lebih dari 60% hanya dalam tiga tahun terakhir. Artinya, seluruh bidang kerja, mulai dari pertanian, pendidikan, pelayanan kesehatan, hingga UMKM, makin terdorong jadi digital.

Nyata: Teknologi Bukan Musuh, Tapi Teman dalam Kompetisi

Banyak yang takut sama kemajuan teknologi, dan itu wajar. Namun, Adies Kadir menegaskan bahwa teknologi justru bisa jadi alat pemerataan dan akselerasi kesejahteraan. Coba renungkan, lewat YouTube, TikTok, dan Instagram, banyak anak muda dari daerah pelosok bisa go international tanpa harus pindah ke kota besar. Teknologi jadi jembatan ke dunia yang lebih luas dan dinamis.

Ayah Lutfiah (18), contohnya, sukses membangun komunitas belajar online dari kampungnya di Garut. Awalnya hanya mengandalkan WhatsApp dan Zoom, ia perlahan-lahan mengembangkan aplikasi sederhana yang kini membantu ratusan pelajar mendapatkan akses bahan belajar berkualitas. Teknologi membuat tembok pembatas ruang dan kesempatan seolah runtuh.

Upgrade Diri: Tips Realistis ala Anak Muda

Nggak perlu jadi jenius dulu buat mulai menguasai teknologi. Cukup mulai dari lingkungan sekitar. Berikut beberapa tips, hasil ngobrol-ngobrol dengan teman-teman di komunitas teknologi:

  • Ikut kursus gratis atau webinar soal digital skill, banyak kok di platform belajar daring

  • Gabung komunitas IT lokal, diskusi online, atau forum startup Indonesia

  • Aplikasikan skill baru dengan projek kecil: bikin website pribadi, jualan online, atau coding aplikasi sederhana

Menurut Adies Kadir, kunci terpenting adalah mindset terbuka dan berani coba hal baru. “Jangan takut gagal, lebih baik gagal sekarang daripada nggak berani nyoba selamanya,” ungkapnya dalam salah satu diskusi publik tahun ini.

Tantangan dan Tanggung Jawab: Kita Bukan Sekadar Konsumen

Ketika dunia makin digital, anak muda jangan hanya jadi konsumen konten atau aplikasi. Jadilah produsen, kreator, bahkan inovator. Negara sudah mulai menyadari pentingnya investasi di bidang pendidikan teknologi, dari program Kurikulum Merdeka, digitalisasi sekolah, sampe pelatihan vokasi berbasis IT. Tinggal, berani atau nggak untuk memanfaatkan momentum ini?

Data Terbaru: Indonesia di Mata Dunia Digital

Menurut laporan Google Temasek Bain & Company (2025), Indonesia disebut sebagai salah satu “raksasa digital” baru Asia Tenggara. Ekonomi digital kita tumbuh paling cepat dengan nilai mencapai lebih dari USD 120 miliar tahun ini. Semua ini terjadi karena geliat digitalisasi ekonomi dan peran para young technopreneur Indonesia yang makin diakui dunia .

Kesimpulan: Masa Depan Milik Mereka yang Berani Beradaptasi

Mau nggak mau, era Society 5.0 sudah di depan mata. Generasi muda—kita semua—nggak bisa lagi santai. Wajib adaptif, cerdas, paham, dan produktif lewat penguasaan teknologi. Nasihat Adies Kadir soal pentingnya penguasaan teknologi nggak lagi sekadar anjuran, tapi kebutuhan mendesak agar Indonesia nggak sekadar jadi pasar, melainkan pemain utama dalam peradaban baru.

Dan buat yang suka esports atau game online, kabar gembira: sekarang nggak cuma hiburan, tapi bisa jadi lahan pengembangan skill dan jejaring global. Cari info lengkap tentang kompetisi game online di Los303!

Post Comment