Instagram telah berkembang menjadi salah satu platform sosial terpopuler di dunia, dengan lebih dari satu miliar pengguna aktif setiap bulannya. Namun, popularitas ini juga menarik perhatian para pelaku kejahatan siber yang terus mengembangkan modus penipuan (scam) yang semakin canggih dan sulit dideteksi. Sebagai seorang praktisi keamanan digital, saya telah mengamati berbagai pola scam yang marak di Instagram, mempelajari data kasus, serta berdiskusi dengan korban dan pakar keamanan untuk merangkum tipe-tipe scam yang paling sering ditemui, berikut contoh nyata dan langkah pencegahan berbasis bukti.
1. Phishing dan Penipuan Akun Centang Biru
Phishing tetap menjadi modus yang paling sering digunakan di Instagram. Pelaku biasanya menyamar sebagai admin resmi Instagram dan mengirimkan pesan langsung (DM) kepada korban, menawarkan centang biru (verified badge) atau mengancam pencabutan centang biru jika tidak melakukan verifikasi ulang. Korban diarahkan untuk mengisi data di situs palsu yang sangat mirip dengan halaman login Instagram. Begitu data dimasukkan, akun korban langsung diambil alih, email dan nomor ponsel diganti, bahkan autentikasi dua faktor diaktifkan agar pemilik asli kesulitan merebut kembali akunnya.
“Jika korban percaya dan memasukkan kredensialnya, jelas bukan centang biru yang didapatkan melainkan haru biru karena akunnya dibajak,” — Alfons Tanujaya, pengamat keamanan siber.
Akun yang sudah dibajak kerap digunakan pelaku untuk menipu followers, misalnya dengan menawarkan promo iPhone murah atau hadiah lainnya, padahal semuanya fiktif.
Ciri-ciri scam phishing centang biru:
- DM dari akun yang mengaku admin Instagram, seringkali dengan foto profil meyakinkan.
- Tautan ke situs yang menyerupai Instagram.
- Permintaan data pribadi atau kredensial login.
2. Penipuan Jual Beli dan Produk Palsu
Penipuan jual beli menjadi salah satu kasus paling banyak dilaporkan di Indonesia. Modusnya sederhana: pelaku menawarkan produk populer (misal smartphone, fashion, kosmetik) dengan harga jauh di bawah pasaran. Setelah korban mentransfer uang, barang tidak pernah dikirim, atau yang datang adalah barang palsu/berkualitas buruk.
Contoh kasus nyata dialami Gejul, warga Cicalengka, yang tertipu saat membeli HP seharga Rp3 juta. Setelah transfer, ia diminta mengirim uang tambahan untuk “asuransi paket” oleh kurir fiktif. Setelah uang dikirim, semua kontak menghilang.
Faktor risiko utama:
- Kurangnya kehati-hatian konsumen dalam memeriksa keaslian toko.
- Tergiur harga murah dan promosi eksklusif.
Ciri-ciri scam jual beli:
- Akun toko baru dengan sedikit testimoni.
- Harga terlalu murah untuk produk populer.
- Permintaan transfer ke rekening pribadi, bukan rekening bisnis.
3. Scam Giveaway dan Undian Palsu
Giveaway palsu kerap memanfaatkan nama selebritas atau brand besar. Modusnya, pelaku membuat akun tiruan dan mengumumkan giveaway dengan hadiah menggiurkan (misal iPhone, uang tunai). Untuk “mengklaim hadiah”, korban diminta mengirim data pribadi atau bahkan membayar biaya administrasi. Pada akhirnya, tidak ada hadiah yang diterima, dan data korban bisa disalahgunakan untuk penipuan lebih lanjut.
Ciri giveaway scam:
- Meminta data pribadi atau uang untuk klaim hadiah.
- Akun penyelenggara tidak terverifikasi atau baru dibuat.
- Syarat menang terlalu mudah dan tidak masuk akal.
4. Romance Scam (Love Scamming)
Love scamming adalah modus penipuan yang memanfaatkan hubungan emosional. Pelaku membuat identitas palsu, membangun kedekatan dengan korban melalui DM, lalu mengarang cerita tragis atau kebutuhan mendesak (misal sakit, butuh tiket pulang, dsb) untuk meminta uang atau hadiah digital seperti gift card.
Studi kasus internasional menunjukkan pelaku sering mengaku sebagai profesional (dokter, insinyur, tentara), mencuri foto orang lain, dan menolak video call atau pertemuan langsung. Setelah korban mengirim uang, pelaku menghilang tanpa jejak.
Tanda-tanda love scamming:
- Hubungan terasa terlalu cepat dan intens.
- Selalu ada alasan untuk tidak bertemu langsung.
- Permintaan uang atau bantuan finansial mendadak.
5. Penipuan Akun Influencer dan Followers Palsu
Scam ini menargetkan pengguna yang ingin menjadi influencer atau memperbesar jangkauan akun. Pelaku menawarkan jasa penambah followers, endorsement, atau bahkan menjual akun dengan ribuan pengikut. Followers yang dijual biasanya bot dan akan hilang dalam waktu singkat, sementara akun yang dibeli bisa saja direbut kembali oleh pelaku setelah pembayaran.
Selain itu, ada juga penipuan dengan membuat akun palsu yang meniru influencer terkenal, lalu menawarkan promosi berbayar atau endorse palsu ke brand kecil dan UMKM.
Ciri-ciri scam influencer:
- Akun tidak terverifikasi, jumlah follower dan engagement tidak seimbang.
- Penawaran jasa followers/endorsement tanpa portofolio jelas.
- Permintaan pembayaran di awal tanpa kontrak resmi.
6. Fake Job dan Lowongan Kerja Palsu
Penipuan lowongan kerja di Instagram makin marak, terutama di masa ekonomi sulit. Pelaku menawarkan pekerjaan dengan imbalan besar atau syarat mudah, lalu meminta data pribadi, biaya pendaftaran, atau bahkan nomor rekening. Data ini bisa digunakan untuk pencurian identitas atau penipuan lebih lanjut.
Ciri scam lowongan kerja:
- Imbalan terlalu besar untuk pekerjaan sederhana.
- Permintaan biaya pendaftaran atau data sensitif.
- Tidak ada proses seleksi atau wawancara yang jelas.
7. Scam Investasi, Money Flipping, dan Crypto
Scam investasi dan money flipping menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Modus “kirim Rp1 juta, dapat Rp10 juta” masih banyak ditemukan. Pelaku juga sering menawarkan investasi crypto atau saham dengan iming-iming profit instan. Setelah korban transfer, pelaku menghilang.
Ciri scam investasi:
- Janji profit tinggi tanpa risiko.
- Tidak ada izin resmi atau legalitas jelas.
- Testimoni palsu dari akun-akun bot.
8. Blackmail dan Pemerasan Digital
Scam jenis ini memanfaatkan data atau foto pribadi korban. Pelaku mengancam akan menyebarkan informasi sensitif jika korban tidak membayar tebusan. Seringkali, ancaman ini hanya gertakan karena pelaku sebenarnya tidak memiliki data yang disebutkan.
Ciri scam blackmail:
- Ancaman menyebarkan foto/video pribadi.
- Permintaan tebusan dalam bentuk uang digital.
- Pelaku mengaku sudah meretas akun korban.
Analisis dan Langkah Pencegahan
Berdasarkan penelitian dan data kasus, mayoritas korban scam di Instagram adalah pengguna yang kurang waspada, mudah tergiur iming-iming hadiah, harga murah, atau janji keuntungan instan. Modus scam terus berkembang, namun pola dasarnya selalu mengandalkan manipulasi psikologis dan kelengahan korban.
Langkah pencegahan utama:
- Selalu cek keaslian akun (verifikasi centang biru, engagement, testimoni).
- Jangan pernah membagikan data pribadi atau kredensial melalui DM.
- Hindari transfer ke rekening pribadi, gunakan metode pembayaran aman.
- Waspada terhadap penawaran yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan.
- Aktifkan autentikasi dua faktor dan gunakan password kuat.
- Laporkan akun atau postingan mencurigakan ke Instagram.
Scam di Instagram berkembang seiring kemajuan teknologi dan perubahan perilaku pengguna. Pemahaman terhadap pola-pola penipuan, studi kasus nyata, serta penerapan praktik keamanan digital adalah kunci untuk melindungi diri dan komunitas dari ancaman ini. Jangan pernah ragu untuk bertanya atau mencari referensi dari sumber tepercaya sebelum melakukan transaksi atau membagikan informasi apapun di media sosial.
Leave a Reply